Monday, November 14, 2016

Asal Usul Nenek Moyang Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam (Bagian 1)

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 14 Shafar 1438 H / 14 November 2016 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
📗 Sirah Nabawiyyah | Bab 01
🔊 Asal Usul Nenek Moyang Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam (Bagian 1)
▶ Link Download Audio: bit.ly/BiAS-FA-Sirah-0101
~~~~~~~~~~~~~~~~~~

*ASAL USUL NENEK MOYANG RASŪLULLĀH SHALLALLĀHU 'ALAYHI WA SALLAM (BAGIAN 1)*

بِسْمِ الله الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
السم عليكم ورحمة الله وبركاته

إنَّ الـحَمْدَ لله نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ ونتوب إليه، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ،

أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه لا نبي بعده

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَديِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحَدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.

Ikhwan dan akhwat yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Alhamdulillāh, in syā Allāh hari ini kita akan membahas tentang sirah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam berdasarkan Al Qurān dan hadits-hadits Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Karena sesungguhnya mempelajari sirah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam merupakan bagian dari agama ini.

Dan para salaf (orang-orang shalih terdahulu) mereka memiliki ihtimām (perhatian besar) dalam mempelajari sejarah/sirah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. Dan banyak nukilan-nukilan dari mereka yang menunjukkan perhatian mereka terhadap sejarah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Contohnya seperti nukilan dari 'Ali Ibnul Husain (anak dari Al Husain bin 'Ali bin Abi Thālib radhiyallāhu 'anhu) yang dikenal dengan Zaynal 'Abidīn. Beliau pernah berkata:

«كنَّا نُعَلَّمُ مغازيَ النَّبي- صلَّى الله عليه وسلَّم - كما نُعَلَّم السُّورةَ منَ القرآنِ»

_"Kami dahulu diajari tentang sejarah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam (tentang peperangan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam) sebagaimana kami diajari tentang surat dalam Al Quran."_

Ini menunjukkan bahwa para salaf dahulu benar-benar mengajarkan tentang sejarah Nabi, tentang peperangan-peperangan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, sebagaimana dahulu mereka mengajarkan tentang surat dalam Al Qurān.

Contohnya juga perkataan Al Imām Az Zuhriy rahimahullāh ta'āla:

في علم المغازي علم الآخرة و الدنيا

_"Dalam ilmu sejarah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam ada ilmu akhirat dan ilmu dunia."_

Demikian juga perkataan Ibnul Jauziy rahimahullāh yang menunjukkan perhatian kepada sirah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, beliau berkata:

رأيت الاشتغال بالفقه وسماع الحديث لا يكاد يكفي في صلاح القلب، إلا أن يمزج بالرقائق والنظر في سير السلف الصالحين.

_"Aku memandang bahwasanya hanya sibuk mempelajari fiqh dan hanya sibuk mempelajari hadits-hadits Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam (yaitu yang berkaitan dengan fiqh) maka tidak cukup untuk membersihkan/memperbaiki hati kecuali digabungkan dengan mempelajari raqāiq (tentang zuhud, tentang masalah hati) dan juga mempelajari sejarah para salafush shālih."_

Perhatikan, ini perkataan yang indah dari Ibnul Jauziy rahimahullāh ta'āla.

Beliau mengatakan bahwasanya, benar kita butuh untuk mempelajari ilmu fiqh dan hadits-hadits Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, mempelajari bagian dari agama ini, akan tetapi ini tidak cukup untuk membersihkan dan meluruskan hati.

Seseorang butuh untuk mempelajari ar raqāiq, mengkhususkan waktu untuk mempelajari zuhud, akhirat. Bahwasanya dunia ini akan sirna, bahwasanya dia akan disidang oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, akan dipanggil oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Maut akan menjemputnya.

Dan juga dia hendaknya mempelajari tentang sirah (perjalanan hidup) orang-orang terdahulu.

Tatkala seseorang mempelajari bagaimana sirah perjalanan orang-orang terdahulu, bagaimana ibadah mereka, bagaimana perjuangan mereka, maka ini akan meluruskan hati seseorang, terutama sirah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Oleh karenanya diriwayatkan oleh Ibnu 'Abbas radhiyallāhu ta'āla 'anhumā, beliau mengkhususkan waktu untuk mengajarkan sirah. Beliau ahli tafsir (mufassir) shāhabat, orang yang 'alim di kalangan shāhabat, akan tetapi beliau mengkhususkan waktu untuk mengajarkan sirah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Sebagaimana diriwayatkan oleh 'Ubaidillāh bin 'Uthbah, dia mensifati tentang majlis Ibnu 'Abbas radhiyallāhu ta'āla 'anhumā, beliau berkata:

ولقد كنا نحضر عنده ، فيحدثنا العشية كلها في المغازي

_"Kami menghadiri majlis Ibnu 'Abbas pada suatu sore dan seluruh waktu beliau habiskan untuk mengajarkan tentang sirah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam (tentang peperangan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam)."_

Artinya, Ibnu 'Abbas radhiyallāhu ta'āla 'anhumā membuat pengajian khusus tentang sirah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Oleh karenanya mempelajari sirah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam adalah perkara yang penting dan termasuk bagian dari agama.

Dan in syā Allāh akan datang penjelasannya lebih lanjut.

Kalau kita perhatikan, sirah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam adalah sirah yang istimewa. Kita sedang mempelajari seorang tokoh yang tidak sama dengan yang lain.

Memang pernah ada satu buku tentang "Seratus tokoh yang paling berpengaruh dalam dunia". Di situ disebutkan banyak tokoh, bahkan Hittler dimasukan dalam tokoh-tokoh tersebut. Dan penulisnya menjadikan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam adalah nomor satu yang paling berpengaruh. Ada Buddha, Kong Hu Cu dan yang lainnya.

Meskipun dia menjadikan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam sebagai tokoh paling berpengaruh di dunia, akan tetapi membandingkan sejarah Nabi dengan sejarah orang-orang biasa ini adalah tidak pantas.

Kenapa?

Karena Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam adalah manusia bukan sembarang manusia. Beliau adalah orang yang sangat mulia, yang paling dimuliakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Beliau telah mencapai suatu tempat yang tidak pernah dicapai oleh makhluq lain. Tatkala bertemu dengan Allāh Subhānahu wa Ta'āla (isrā mi'rāj), tatkala mi'rāj, Beliau naik ke tempat yang sangat tinggi untuk bertemu dengan Allāh Subhānahu wa Ta'āla (hampir bertemu dengan Allāh Subhānahu wa Ta'āla). Sampai-sampai para shāhabat bertanya:

هَلْ رَأَيْتَ رَبَّكَ قَالَ  " نُورٌ أَنَّى أَرَاهُ " .

_"Wahai Muhammad, apakah engkau melihat Rabb-mu?"_

_Nabi berkata:_

_"Ada cahaya, bagaimana saya bisa melihat Allāh Subhānahu wa Ta'āla."_

(HR Muslim nomor 261 versi Syarh Muslim nomor 178)

Artinya, tempat yang sangat dekat dengan Allāh Subhānahu wa Ta'āla, yang tidak ada yang sampai ke tempat tersebut.

Kata para ulama:

"Bahkan Jibrīl 'alayhi wa sallam tidak sampai ke tempat tersebut, hanya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam."

Kemudian Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam adalah sosok yang melihat langsung surga dan neraka.

Dalam hadits-hadits Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam diperlihatkan surga dan neraka oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Nabi pernah melihat surga bukan dengan pandangan hati tetapi melihat langsung, Allāh perlihatkan. Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam pernah melihat neraka dengan pandangannya langsung, bukan dengan pandangan hati.

Kita bayangkan bagaimana orang yang pernah diperlihatkan surga dan neraka, bagaimana imannya, bagaimana akhlaqnya, bagaimana mulianya.

Oleh karena itu saya katakan, sejarah Nabi ini bukan tokoh biasa, dia hanya pantas disandingkan oleh para Nabi yang lain.

Adapun dibandingkan dengan Hittler, dengan Buddha, Kong Hu Cu atau tokoh-tokoh yang memang mereka punya sejarah indah tetapi sejarah mereka hanya sedikit.

Berbeda dengan sejarah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. Sejarah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, kata para ulama: "Dialah satu-satunya sejarah yang sempurna dari seluruh sisi jenjang kehidupan."

Kalau antum perhatikan sejarah Nabi, lengkap. Dari masa kecilnya, masa mudanya, tatkala sebelum menjadi Nabi, tatkala menjadi Nabi sampai meninggal Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. Jarang ada sejarah yang lengkap seperti ini.

Kemudian juga dari sisi setiap kehidupan Beliau adalah pelajaran.

Beliau tatkala masih kecil ada pelajaran yang bisa kita ambil, kita dapatkan. Tatkala Beliau sebelum menjadi Nabi, tatkala Beliau menjadi Nabi, tatkala menjadi kepala keluarga, sebagai ayah, sebagai seorang teman, sebagai pemimpin (kepala negara). Tatkala berperang, tatkala bermuamalah dengan sesama Muslim dan orang-orang di luar Muslim. Semuanya lengkap dalam sejarah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Ini tidak akan kita dapatkan dalam sejarah tokoh-tokoh lain.

Bahkan kita berbicara tentang anbiyā (para nabi), tidak lengkap sejarahnya.

Nabi 'Isa 'alayhissalām, kalau kita ingin mencari tentang bagaimana menjadi seorang ayah yang baik, antum tidak akan dapatkan dalam sejarah Nabi 'Isa menjadi seorang ayah.

Bahkan dalam kitab yang dianggap suci oleh mereka yaitu Kitab Injil, tidak akan antum dapatkan bagaimana sejarah Nabi 'Isa sebagai seorang ayah.

Kemudian kalau antum ingin mencontoh Nabi 'Isa sebagai seorang suami, maka tidak akan antum dapatkan dalam buku-buku yang dianggap suci oleh mereka.

Kita cukupkan disini saja, in syā Allāh besok kita lanjutkan lagi.

وبالله التوفيق والهداية
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ 
____________________________
Mari bersama mengambil peran dalam dakwah...
Dengan menjadi Donatur Rutin Program Dakwah Cinta Sedekah

1. Pembangunan & Pengembangan 100 Rumah Tahfizh
2. Support Radio Dakwah dan Artivisi
3. Membantu Pondok Pesantren Ahlu Sunnah Wal Jamaah di Indonesia

Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/

*Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah*
🌎www.cintasedekah.org
👥 https://web.facebook.com/gerakancintasedekah/
📺 youtu.be/P8zYPGrLy5Q
------------------------------------------

Saturday, April 9, 2016

Adakah Amalan Khusus di Bulan Rajab?

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

✅ Allah ta’ala berfirman,

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ

🌴 “Sesungguhnya jumlah bulan di sisi Allah adalah 12 bulan dalam kitab Allah pada hari Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya ada 4 bulan yang haram, itulah agama yang lurus, maka janganlah kalian menzalimi diri-diri kalian di bulan-bulan itu.” [At-Taubah: 36]

✅ Empat bulan haram tersebut telah diterangkan dalam sabda Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam,

السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبٌ شَهْرُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

🌴 “Tahun itu terdiri dari 12 bulan, diantaranya 4 bulan haram; tiga bulan berurutan: Dzul Qo’dah, Dzul Hijjah dan Muharram. Adapun Rajab yang juga merupakan bulannya kaum Mudhar, berada diantara Jumaada dan Sya’ban.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Bakrah radhiyallahu’anhu]

➡ Hadits yang mulia ini menunjukkan bahwa Rajab termasuk bulan haram. Dinamakan bulan haram karena Allah ta’ala memberikan penkhususan terhadap bulan ini dengan mengagungkannya melebihi bulan-bulan yang lain, demikian pula dosa dan amal shalih di bulan-bulan ini dilipatgandakan.

✅ Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata,

وقال علي بن أبي طلحة، عن ابن عباس قوله: { إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا } الآية { فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ } في كلِّهن، ثم اختص من ذلك أربعة أشهر فجعلهن حراما، وعَظم حُرُماتهن، وجعل الذنب فيهن أعظم، والعمل الصالح والأجر أعظم.

🌴 “Dan berkata Ali bin Abi Thalhah dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma: Firman Allah ta’ala, “Sesungguhnya jumlah bulan di sisi Allah adalah 12 bulan.” (At-Taubah: 36) “Maka janganlah kalian menzalimi diri-diri kalian di bulan-bulan itu.” (At-Taubah: 36) Maksudnya adalah pada seluruh bulan diharamkan berbuat zalim, kemudian Allah ta’ala mengkhususkan empat bulan, menjadikannya haram (mulia) dan mengagungkan kemuliaan bulan-bulan tersebut, demikian pula Allah ta’ala menjadikan dosa di bulan-bulan itu lebih besar dan amal shalih serta pahala lebih agung.” [Tafsir Ibnu Katsir, 4/148]

➡ Ini menunjukkan bahwa meningkatkan amal shalih di bulan-bulan ini sangat dianjurkan, akan tetapi amal shalih yang dimaksud di sini adalah amalan-amalan yang biasa kita kerjakan (yang berdasarkan dalil Al-Qur'an dan As-Sunnah), seperti sholat, puasa, membaca Al-Qur’an, dzikir, do’a, dan lain-lain. Contohnya, sholat tahajjud, sholat dhuha, puasa 3 hari tiap bulan, puasa Senin Kamis, memperbanyak puasa di bulan-bulan haram, dan lain-lain.

➡ Adapun melakukan amalan khusus di waktu-waktu khusus maka membutuhkan dalil, contohnya puasa Arafah tgl. 9 Dzulhijjah, Asyuro’ tgl. 10 Muharram, dan lain-lain, boleh dikhususkan karena adanya dalil yang menunjukkannya. Barangsiapa mengkhususkan suatu amalan tanpa dalil maka berarti ia telah mengada-ada; berbuat bid’ah dalam agama.

📝 Adakah Puasa Khusus di Bulan Rajab?

✅ Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,

وأما صوم رجب بخصوصه فأحاديثه كلها ضعيفة بل موضوعة لا يعتمد أهل العلم على شيء منها وليست من الضعيف الذي يروى في الفضائل بل عامتها من الموضوعات المكذوبات

🌴 “Adapun puasa Rajab secara khusus, maka seluruh haditsnya lemah, bahkan palsu, tidak ada seorang ahli ilmu pun yang berpegang dengannya, dan bukan pula termasuk kategori lemah yang boleh diriwayatkan dalam fadhail (keutamaan-keutamaan beramal), bahkan seluruhnya termasuk hadits palsu yang dusta.” [Majmu’ Al-Fatawa, 25/290]

✅ Al-‘Allamah Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata,

وكل حديث في ذكر صوم رجب وصلاة بعض الليالي فيه فهو كذب مفترى

🌴 “Dan semua hadits yang berbicara tentang puasa Rajab dan shalat pada sebagian malamnya adalah dusta yang diada-adakan.” [Al-Manaarul Muniif, 96]

✅ Al-Hafizh Ibnu Hajar Asy-Syafi’i rahimahullah berkata,

لم يرد في فضل شهر رجب ولا في صيامه ولا صيام شيء منه معين ولا في قيام ليلة مخصوصة فيه حديث صحيح يصلح للحجة

🌴 “Tidak ada satu hadits shahih pun yang yang dapat dijadikan hujjah tentang keutamaan bulan Rajab, tidak puasanya, tidak pula puasa khusus di hari tertentu dan tidak pula sholat malam di malam yang khusus.” [Tabyinul ‘Ajab, hal. 11]

🚧 Maka tidak boleh menyebarkan hadits-hadits palsu tersebut. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam telah mengingatkan,

مَنْ كَذَبَ عَلَىَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ

🌴 "Barangsiapa yang berdusta atasku dengan sengaja, maka siapkan tempat duduknya di neraka." [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu]

✅ Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda,

مَنْ حَدَّثَ عَنِّى بِحَدِيثٍ يُرَى أَنَّهُ كَذِبٌ فَهُوَ أَحَدُ الْكَاذِبِينَ

🌴 “Barangsiapa menyampaikan hadits atas namaku padahal dia menyangka bahwa itu adalah dusta maka dia termasuk salah satu pendusta.” [HR. Muslim dari Al-Mughiroh bin Syu’bah radhiyallahu’anhu]

📝 Hukum Sholat Roghaib

🚧 Sebagian orang mengamalkan sholat Roghaib pada malam Jum’at pertama di bulan Rajab sebanyak 12 raka’at di antara Maghrib dan Isya, padahal tidak ada satu pun dalil shahih yang menunjukkan amalan tersebut.

✅ Imam Besar Mazhab Syafi’i, An-Nawawi rahimahullah berkata,

الصلاة المعروفة بصلاة الرغائب وهي ثنتى عشرة ركعة تصلي بين المغرب والعشاء ليلة أول جمعة في رجب وصلاة ليلة نصف شعبان مائة ركعة وهاتان الصلاتان بدعتان ومنكران قبيحتان ولا يغتر بذكرهما في كتاب قوت القلوب واحياء علوم الدين ولا بالحديث المذكور فيهما فان كل ذلك باطل ولا يغتر ببعض من اشتبه عليه حكمهما من الائمة فصنف ورقات في استحبابهما فانه غالط في ذلك

🌴 “Sholat yang dikenal dengan nama sholat roghoib, yaitu sholat 12 raka’at antara maghrib dan isya pada malam Jum’at pertama bulan Rajab, demikian pula sholat malam nishfu Sya’ban sebanyak 100 raka’at, maka dua sholat ini adalah bid’ah yang mungkar lagi jelek.  Dan janganlah tertipu dengan penyebutan dua sholat ini dalam kitab Quthul Qulub dan Ihya ‘Ulumid Diin, dan jangan tertipu dengan hadits (palsu) yang disebutkan pada dua kitab tersebut, karena semua itu batil. Jangan pula tergelincir dengan mengikuti sebagian ulama yang masih tersamar bagi mereka tentang hukum dua sholat ini, sehingga mereka menulis berlembar-lembar kertas tentang sunnahnya dua sholat ini, karena mereka telah salah besar dalam hal tersebut.” [Al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab, 4/56]

✅ Dalam kitab Asy-Syafi’iyah yang lain, berkata Ad-Dimyathi rahimahullah,

قال المؤلف في إرشاد العباد: ومن البدع المذمومة التي يأثم فاعلها ويجب على ولاة الامر منع فاعلها: صلاة الرغائب اثنتا عشرة ركعة بين العشاءين ليلة أول جمعة من رجب، وصلاة ليلة نصف شعبان مائة ركعة، وصلاة آخر جمعة من رمضان سبعة عشر ركعة، بنية قضاء الصلوات الخمس التي لم يقضها، وصلاة يوم عاشوراء أربع ركعات أو أكثر، وصلاة الاسبوع، أما أحاديثها فموضوعة باطلة، ولا تغتر بمن ذكرها. اه

🌴 “Berkata penulis dalam kitab Irsyadul Ibad: Dan termasuk bid’ah yang tercela, yang pelakunya berdosa, serta wajib bagi pemerintah untuk mencegah pelakunya adalah:

(1) Sholat raghoib 12 raka’at yang dikerjakan di antara Maghrib dan Isya pada malam Jum’at pertama di bulan Rajab,

(2) Sholat nishfu Sya’ban 100 raka’at,

(3) Sholat di Jum’at terakhir Ramadhan sebanyak 17 raka’at dengan niat qodho sholat 5 waktu yang belum ia kerjakan,

(4) Sholat hari Asyuro 4 raka’at atau lebih,

(5) Sholat sunnah pekanan.

Adapun hadits-haditsnya maka palsu lagi batil, dan janganlah tertipu dengan orang yang menyebutkannya –Selesai-.” [Haasyiah I’anatit Thalibin, 1/312]

📝 Hukum Perayaan Isra' Mi'raj

🚧 Sebagian orang merayakan perjalanan Isra' Mi'raj Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam di bulan Rajab, maka perayaan ini mungkar dari beberapa sisi:

➡ Pertama: Bid'ah (mengada-ada) dalam agama, karena tidak ada dalil yang menunjukkannya. Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam telah mengingatkan,

مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

🌴 “Barangsiapa yang mengada-adakan perkara baru dalam agama kami ini apa yang tidak berasal darinya maka ia tertolak.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Aisyah radhiyallahu’anha]

✅ Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda,

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَد

🌴 “Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak kami perintahkan maka amalan tersebut tertolak.” [HR. Muslim dari Aisyah radhiyallahu’anha]

✅ Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda,

أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

🌴 “Ammaa ba’du, sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitab Allah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad (shallallahu’alaihi wa sallam) dan seburuk-buruk urusan adalah perkara baru (dalam agama) dan semua perkara baru (dalam agama) itu sesat.” [HR. Muslim dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu’anhuma]

✅ Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda,

أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِى فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

🌴 “Aku wasiatkan kalian agar senantiasa bertakwa kepada Allah serta mendengar dan taat kepada pemimpin (negara) meskipun pemimpin tersebut seorang budak dari Habasyah, karena sesungguhnya siapa pun diantara kalian yang masih hidup sepeninggalku akan melihat perselisihan yang banyak (dalam agama), maka wajib bagi kalian (menghindari perselisihan tersebut) dengan berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah Al-Khulafa’ur Rasyidin yang telah mendapat petunjuk. Peganglah sunnah itu dan gigitlah dengan gigi geraham kalian. Dan berhati-hatilah kalian terhadap perkara baru (bid’ah dalam agama) karena setiap bid’ah itu sesat.” [HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi dari ‘Irbadh bin Sariyah radhiyallahu’anhu]

✅ Sahabat yang Mulia Ibnu Umar radhiyallahu’anhuma berkata,

كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةُ وَإِنْ رَآهَا النَّاس حَسَنَة

🌴 “Setiap bid’ah itu sesat, meski manusia menganggapnya hasanah (baik).” [Dzammul Kalaam: 276]

➡ Kedua: Tasyabbuh (menyerupai) orang-orang kafir, yaitu menyerupai perayaan paskah (kenaikan) Yesus dalam keyakinan Nasrani. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

🌴 “Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia bagian dari mereka.” [HR. Abu Daud dari Ibnu Umar radhiyallahu’anhuma, Shahih Al-Jaami’: 6149]

➡ Ketiga: Berbagai kemungkaran yang terjadi dalam perayaannya seperti;

• Ikhtilat (campur baur) antara laki-laki dan wanita,

• Lagu-lagu, nyanyian dan musik,

• Mengada-adakan dzikir-dzkir dan doa-doa khusus tanpa petunjuk dari Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam,

• Menyampaikan atau mendengarkan ceramah-ceramah tanpa ilmu, tanpa berdasarkan dalil-dalil Al-Qur'an dan As-Sunnah sesuai Pemahaman Salaf, melainkan kisah-kisah dan hadits-hadits palsu,

• Bahkan yang lebih tragis adalah terlalaikan dari melakukan sholat 5 waktu atau sholat wajib secara berjama'ah, padahal esensi perjalanan Isra' Mi'raj adalah sholat 5 waktu itu sendiri, maka buktikanlah lebih ramai mana antara sholat 5 waktu berjama'ah di masjid dan perayaan Isra' Mi'raj...!?

➡ Keempat: Menyelisihi larangan Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam terhadap perayaan apa pun selain 'iedul adha dan 'iedul fitri. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ لِكُلِّ قَوْمٍ عِيدًا وَهَذَا عِيدُنَا

🌴 “Sesungguhnya setiap kaum memiliki hari raya, dan ini adalah hari raya kita.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu’anha]

✅ Sahabat yang Mulia Anas bin Malik radhiyallahu'anhu berkata,

قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- الْمَدِينَةَ وَلَهُمْ يَوْمَانِ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَقَالَ مَا هَذَانِ الْيَوْمَانِ قَالُوا كُنَّا نَلْعَبُ فِيهِمَا فِى الْجَاهِلِيَّةِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ الأَضْحَى وَيَوْمَ الْفِطْرِ

🌴 “Ketika Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam mendatangi kota Madinah, para sahabat memiliki dua hari perayaan yang padanya mereka bersenang-senang. Maka beliau bersabda: Dua hari apa ini? Mereka menjawab: Dua hari yang sudah biasa kami bersenang-senang padanya di masa Jahiliyah. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya Allah telah mengganti kedua hari tersebut dengan dua hari yang lebih baik, yaitu ‘iedul adha dan ‘iedul fitri.” [HR. Abu Daud, Shahih Sunan Abi Daud: 1039]

➡ Kelima: Penetapan tanggal terjadinya Isra' Mi'raj secara dusta. Al-Hafizh Ibnu Hajar Asy-Syafi'i rahimahullah berkata,

وذكر بعض القصاص أن الإسراء كان في رجب، قال: وذلك كذب

🌴 "Dan sebagian tukang dongeng telah menyebutkan bahwa peristiwa Isra' terjadi di bulan Rajab. Beliau berkata: Dan itu adalah dusta." [Tabyinul 'Ajab, hal. 11]

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

💻 Sumber: http://sofyanruray.info/adakah-amalan-khusus-di-bulan-rajab/

══════ ❁✿❁ ══════

➡️ Bergabunglah dan Sebarkan Dakwah Sunnah Bersama⤵️

📡Markaz Ta’awun Dakwah dan Bimbingan Islam:
📮Join Channel Telegram: http://goo.gl/6bYB1k
📲Gabung Group WA: 08111377787
🌍www.facebook.com/taawundakwah
🌐www.taawundakwah.com
📱PIN BB: 5D4F8547
🎬Youtube: Ta'awun Dakwah⁠⁠

Friday, April 8, 2016

Seseorang itu kalau sudah merasa ‘baik’… SULIT DIPERBAIKI

Sekedar buat renungan, muhasabah dan introspeksi

“Seseorang itu kalau sudah merasa ‘baik’… SULIT DIPERBAIKI”
(Astaghfirullah wa na'udzubillah)

Sungguh perkataan singkat yang amat menusuk dan amat dalam maknanya…

[1] Awal mula tertimpanya keburukan bagi seseorang, apabila dia merasa dirinya sebagai ‘orang baik’

Perkataan beliau ini mengingatkan kita tentang nasehat dari Ummul Mu`miniin ‘Aa`isyah radhiyallaahu ‘anha ketika Rasullullah SAW ditanyُa

Kapan seseorang itu dikatakan buruk?

Rasulullah SAW menjawab:
ٌ
Ketika dia menyangka dirinya seorang yang baik.

(At-Taisiir bisyarh Al-Jaami’ as-Shoghiir 2/606)

Benarlah perkataan beliau, awal mula keterperosokan seseorang dalam keburukan, ketika dia menilai dirinya sebagai seorang yang baik. Maka diapun akan mulai merendahkan orang lain. Maka dia pun merasa serba-berkecukupan, sehingga menghalangi dirinya untuk terus memperbaiki segala keburukannya, kesalahannya, kekeliruannya, serta kekurangan-kekurangannya dalam penunaian kebaikan.

[2] Demikian pula, Seseorang itu sulit mendapatkan ilmu, ketika sudah merasa berilmu.

Fudhayl bin ‘Iyyaadh ditanyakan tentang tawadhu’, maka beliau menjawab:
ُ
"Engkau tunduk dan patuh pada kebenaran, meskipun engkau mendengarnya dari seorang anak kecil; (ketika engkau mendapati ia menyampaikan kebenaran), maka engkau menerima kebenaran tersebut darinya. Meskipun engkau mendengarnya dari manusia yang paling bodoh; (ketika engkau mendapati ia menyampaikan kebenaran), maka engkau menerima kebenaran tersebut darinya."

📃 (Hilyatul Auliyaa’ 8/91)

Jangan sampai banyaknya pengajian yang telah kita hadiri, banyaknya buku yang telah kita baca, banyaknya nasehat yang kita dapatkan dari saudara seiman kita; tapi itu semua tidaklah menambah keimanan dalam hati-hati kita. Sehingga ketika kita mendapati nasehat, masukan, saran atau kritik dari saudara kita (dan apa yang disampaikan tersebut benar); yang kita nilai level keilmuannya mungkin lebih rendah dari kita; lantas kita malah menolaknya hanya karena hal tersebut. Sehingga kitapun terhalang dari mendapatkan ilmu karena sikap tersebut… Sehingga kitapun menjadi terbelakang, karena sikap tersebut…

[3] Demikian pula, seseorang itu sulit mengakui dan menghadirkan kekurangan amal dirinya, apabila dia telah menyangka amalnya sudah sempurna (apalagi menyangka amalnya sudah diterima); sehingga ia pun enggan memperbaiki kualitas amalnya, apalagi menambahkan kuantitasnya.

Berkata salah seorang ulamaa ketika melihat orang yang mengagumi amalnya:ِ

“Janganlah engkau terpedaya dengan apa yang kau lihat dariku, sesungguhnya iblis beribadah kepada Allah SWT ribuan tahun, kemudian dia menjadi kafir”

📃 (At-Taisiir bisyarh Al-Jaami’ as-Shoghiir 2/606)

Allaahu Akbar. Sungguh menakjubkan perkataan beliau. Alangkah jauhnya beliau dari ketertipuan dan keterpedayaan. Banyaknya amal yang beliau lakukan, tidaklah lantas menjadikan beliau pongah. Kagumnya orang-orang pada amal beliau, tidaklah menjadikan beliau berbangga. Bahkan beliau tetap khawatir dengan dirinya, karena dahulu iblis pun adalah makhluq yang -zhahirnya taat, tapi karena kebusukan niatnya, hingga akhirnya Allah SWT menampakkan hakikatnya ketika dia diuji.

Kita berlindung kepada Allah SWT dari ketertipuan, seraya kita memohon padaNya husnul khaatimah.. aamiin.

DR. Syafiq bin Riza Basalamah,

Semoga bermanfaat
Wallahuallam bishowab

Thursday, March 17, 2016

RUMAHKU MASIH NGONTRAK

Oleh :
Ustadz Syafiq Basalamah Hafidzahullah

Semua ingin memiliki rumah, sebagai tempat berteduh, bercengkerama dan  untuk manfaat lainnya.

Semua manusia berusaha untuk membangun rumah impiannya dengan cara yang berbeda-beda, tapi intinya bagaimana rumah itu bisa berdiri.

Namun  yang perlu diingat semua rumah yang dibangun manusia di muka bumi ini akan lenyap dan sirna ditinggal penghuninya.

Rumah yang abadi adalah di tempat yang abadi pula yaitu di surga.

Sebagaimana banyak cara untuk dapat memiliki rumah di dunia; Ternyata banyak cara pula untuk membangun rumah di surga. Allah memberikan banyak opsi bagi manusia, karena sebagai Sang Pencipta Dia mengetahui adanya perbedaan di antara hamba-hambanya dalam menentukan jalan dan caranya.

Di bawah ini ada beberapa amalan yang silahkan diamalkan bagi yang ingin memiliki rumah di surga, semua sesuai dengan kemampuan masing-masing:

1-     Melaksanakan shalat sunnah sebanyak 12 rakaat dalam sehari dan semalam, Qabliah, ba’diah(terutama rawatib), dhuha, atau sunnah yang lainnya, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

((مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يُصَلِّي لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ كُلَّ يَوْمٍ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً تَطَوُّعًا غَيْرَ فَرِيضَةٍ إِلَّا بَنَى الله عَزَّ وَجَلَّ لَهُ بِهِنَّ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ))

“Tidaklah seorang muslim melaksanakan shalat sunnah untuk Allah pada setiap harinya sebanyak 12 raka’at selain shalat fardhunya, melainkan Allah akan membangunkan baginya rumah di surga“. (HR Muslim)

2-     Membangun masjid.

Kalau mungkin kita tidak bisa melakukan yang pertama, cobalah menyisihkan rizkinya untuk membangun masjid, jangan takut miskin karena  membangun rumah Allah di muka bumi ini, karena  Rizki kita itu dari Allah, dan Dia berjanji akan memberi ganti bagi kita di dunia dan membangunkan rumah untuk kita di surga.

Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam bersabda, yang artinya: "Barang siapa yang membangunkan bagi Allah sebuah masjid, niscaya Allah akan membangunkan untuknya rumah di surga". (HR Bukhari Muslim)

Tapi kalau kita tidak bisa membangun masjid, semua dananya dari kocek kita, maka kita bisa berpartisipasi sesusai dengan kemampuan kita, kalau tidak bisa dengan duit, maka cobalah sekali-sekali menyisihkan waktu dan tenaga untuk membantu membangun rumah Allah, jangan berkata itu sudah ada tukangnya, kita membangun bukan karena dibayar, tapi kita sedang membangun rumah kita di surga,

Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam bersabda:

«مَنْ بَنَى مَسْجِدًا لِلَّهِ كَمَفْحَصِ قَطَاةٍ، أَوْ أَصْغَرَ، بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ»

"Barang siapa yg membangunkan sebuah masjid karena Allah, walaupun sekecil tempat bertelurnya burung Dara pasir, atau yg lebih kecil, niscaya Allah akan membangunkan untuknya rumah di surga". (HR Ibnu Majah, dishahihkan oleh Albani, Shahih Jami' no: 6128)

Sesuatu yg kecil akan menjadi besar & dahsyat karena niat & tujuan yg baik & luhur.

3-     Membaca surat Al-Ikhlas sebanyak 10 kali.

Kalau mungkin kita tidak bisa melakukan kedua hal di atas, masih ada amalan lain yg bisa dilakukan; Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam bersabda:

«مَنْ قَرَأَ { قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ } عَشَرَ مَرَّاتٍ بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِيْ الجَنَّةِ» .

"Barang siapa yg membaca surat (Qul Quwallahu Ahad) sebanyak sepuluh kali, niscaya Allah akan membangunkan untuknya rumah di surga". (HR Ahmad, dishahikan Albani, Sohihil Jami' no: 6472)

Subhnallah, sebuah amalan yg sangat ringan dg ganjaran yg begitu indahnya, akan tetapi hal ini tetap membutuhkan keikhlasan.

4-     Bersabar & memuji Allah tatkala mendapat musibah meninggalnya buah hati (anak)

Perkara yg satu ini membutuhkan perjuangan yg sangat berat, namun akan mudah bagi org-org yg beriman dg takdir Ilahi, semua yg terjadi sudah menjadi kehendak sang Pencipta yg Maha kuasa, semua pasti mengandung hikmah yg agung.

Sedih boleh, tapi jangan larut dalam samudra kesedihan, masih banyak tugas & kewajiban yg harus diselesaikan, yg mati sudah lebih dahulu terlepaskan dari beban dunia. Sementara yg hidup masih banyak tanggungan yg harus segera dikerjakan,  Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda yg artinya:

"Jika anak dari seorg hamba Allah meninggal dunia, Allah berfirman kepada para malaikat-Nya: "Kalian telah mencabut nyawa anak hamba-KU?", maka mereka berkata: "Iya, benar".

Kemudian Allah berkata: "Kalian telah mengambil buah hatinya?", maka para malaikat berkata: "Iya, benar".

Allah bertanya lagi : "Apa yg dikatakan oleh hamba-Ku" ?

"Dia memuji-Mu & berkata "Inna lillahi wa innaa ilaihi. raji'un" (Sesungguhnya kami milik Allah, & sesungguhnya kepadaNya kami akan kembali", Jawab para malaikat.

Allah-pun berfriman: "Dirikanlah sebuah rumah untuk hamba-Ku di surga, & namakan rumah itu; "RUMAH PUJIAN". (HR Tirmidzi, dihasankan Albani, Shohihul Jami' no: 795)

Memuji & menyanjung Allah ta'ala tatkala mendapat musibah maqamnya berada di atas maqam kesabaran.

5- Membaca doa tatkala masuk pasar.

Bila kita pergi ke pasar, maka jangan lupa untuk membaca do'a masuk pasar, karena yg membacanya dg ikhlash & mengharap ridha Allah Ta'ala, akan dibangunkan baginya rumah di surga, Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam bersabda yg artinya: "Barangsiapa yg masuk ke pasar & berkata :

لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ، وَلَهُ الْحَمْدُ، يُحْيِي وَيُمِيتُ، وَهُوَ حَيٌّ لَا يَمُوتُ، بِيَدِهِ الْخَيْرُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ.

"Tiada tuhan yg berhak disembah melaikan hanya Allah yg esa, yg tiada sekutu bagi-Nya, milik-Nya segala kerajaan, bagi-Nya segala pujian, Dia yg menghidupkan & Dia yg mematikan, & Dia Maha Hidup, tidak mati, di tangan-Nya segala kebaikan, & Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu".

Maka Allah akan menuliskan baginya seribu dikali seribu. kebaikan, dihapuskan darinya seribu kali seribu dosa, & diangkat untuknya seribu kali seribu derajat (yakni satu juta), & Allah akan membangunkan baginya rumah di surga". (HR Ahmad, Tirmidzi, dihasankan oleh Albani –Shahihul Jami' no : 6231)

Mungkin kita berfikir amalan ini mudah & ganjarannya begitu dahsyat, tapi ingat betapa seringnya sebagian dari kita tidak membacanya???

Karena setan-setan penjaga pasar tidak akan pernah lupa untuk membuat kita lupa melakukannya.

Dan sebagai catatsebelumn di atas bukanlah anjuran agar banyak-banyak ke pasar, karena pasar tetap sebagai tempat yg paling dibenci oleh Allah, namun kalau kita harus ke pasar, jangan lupa membaca do'a di atas.!!!

6-     Tinggalkan kebiasaan berdusta, walaupun hanya bergurau.

Berbohong untuk menyegarkan suasana bersama, seringkali menjadi opsi sebagian org, padahal yg namanya berbohong tetaplah tidak boleh. Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda, yg artinya:

“Aku menjamin sebuah rumah di tengah-tengah surga, bagi yg meninggalkan dusta, walaupun hanya bergurau”. (HR Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, Shihihah no:273)

Sudah saatnya kita berhati-hati dalam berbicara, walaupun dalam kondisi bersenda gurau.

7-     Meninggalkan perdebatan walaupun merasa pendapatnya adalah yg benar.

Manusia memiliki instink untuk mempertahankan pendapatnya & menunjukkan eksistensi dirinya, apalagi dalam kondisi-kondisi spesial, & Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam menjaminkan sebuah rumah di bagian pinggiran surga, bagi yg meninggalkan berbantah-bantahan walaupun pendapatnya yg benar.

Khususnya dalam urusan-urusan dunia, demi menjaga perasaan saudara sesama muslim, apalagi kalau itu di antara. suami istri yg kerap kali berbantah-bantahan dalam urusan sepele, sehingga terjadi keributan yg berkepanjangan di antara mereka. Maka meninggalkannya walaupun pendapat kita yg benar adalah suatu kemuliaan. Mungkin kita pernah mendengar org menyebutkan (yg waras ngalah), ini adalah benar adanya.

Sebuah rumah di surga telah dijaminkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bagi mereka. (HR Tirmidzi, Ibnu Majah, dihasankan oleh Albani dalam Shohih Targhim 3/6)

Disebutkan Bahwa Nabi Dawud berpesan kepada putranya, “Wahai anakku! Jauhilah perdebatan. Sesungguhnya ia itu manfaatnya sedikit, & ia menyulut permusuhan di antara sesama saudara”. (Faidhul Qadir, al Munawi 5/5)

8-     Menutup celah di antara Shaff Shalat.

Bila kita mendapat celah di antara Shaff shalat, seperti yg banyak kita dapati di negeri kita, seakan-akan setiap org memiliki kekuasaan masing-masing, sehingga saling berjauhan shaffnya, maka tutuplah celah itu, sambunglah shaff itu, Allah akan membangunkan rumah di surga bagi yg melakukannya.

Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam bersabda:

«مَنْ سَدَّ فُرْجَةً فِي صَفٍّ رَفَعَهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً، وَبَنَى لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ»

"Barangsiapa yg menutup celah di Shaff niscaya Allah akan mengangkat baginya satu derajat & membangunkan untuknya rumah di surga". (HR.Thabrani, dishahikan Albani, Shohihah no: 1892)

9-     Berhijrah.

Berhijrah yakni berpindah dari negeri kafir ke negeri Islam, dari tempat yg tidak bisa ditegakkan syiar-syiar Islam ke tempat yg dapat ditegakknya syiar-syiar Islam, & Hijrah adalah suatu kewajiban yg berlanjut sampai hari Kiamat. Di balik kewajiban ini ada suatu keutamaan yg Allah janjikan, Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam bersabda, yg artinya:

"Aku menjaminkan sebuah rumah di bagian pinggiran surga, bagi yg  beriman kepadaku & masuk Islam serta berhijrah". (HR.Nasai, Shohih Jami' no: 1465)

10- Berjihad di jalan Allah Ta'ala.

Para mujahidin di jalan Allah mendapatkan tiga buah rumah:

di pinggiran surga, di tengah surga & di tempat tertinggi di surga, sebagaimana hal itu disabdakan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadist Fudhalah bin Ubaid (HR.Nasai, Shohih Jami' no: 1465)

Tiga rumah spesial ini dikhususkan bagi mereka yg benar-benar berjuang untuk menegakkan kalimat Allah Ta'ala di muka bumi.

11- Husnul Khuluq

Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam bersabda: "Aku menjaminkan sebuah rumah di tempat yg tertinggi di surga, bagi yg akhlaknya mulia". (HR Abu Dawud, Tirmidzi, dihasankan Albani, Shohihul Jami' no: 1463)

Inilah beberapa opsi bagi yg ingin memiliki rumah di surga kelak, rumah yg tiada duka, tiada susah, tiada gundah, namun waktu membangunnya adalah tatkala kita berada di rumah yg penuh dg duka & gundah, di dunia ini.

Semoga Allah memudahkannya untuk semua…. Aamiin !

*****
Diatas Manhaj Salafus Shalih

Monday, March 14, 2016

KITAB ARBAIN AN-NAWAWI

Ringkasan Kajian Masjid Nurul Iman Blok M Square, Jakarta Selatan
Sabtu. 12 Maret 2016
Ust. Abu Yahya Badrussalam

KITAB ARBAIN AN-NAWAWI
Tema  : NIAT

Niat secara bahasa adalah keinginan yang kuat. Niat bersumber dari hati nurani manusia yang hendak muncul saat ingin melakukan suatu perbuatan, baik perbuatan yang baik atau yang buruk

Niat ada 2 macam, yaitu niat amal dan niat karena Allah Azza wa jalla. Fungsi dari niat adalah membedakan ibadah dengan adat istiadat.

SYARAT SAH NIAT

*ISLAM

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman :

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Dan barangsiapa yang mencari selain Islam sebagai agama, maka tidak akan diterima dari padanya, dan ia di akhirat kelak termasuk orang-orang yang merugi.” (Ali Imron: 85).” [Tafsir Ibnu Katsir, 2/52]

*TAMYIZ

Tamyiz adalah usaha yang dapat membedakan yang haq dan yang bathil. Contohnya seperti seorang anak yang sudah berumur 7 tahun sudah dianggap niat untuk ibadahnya adalah SAH. Hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam :

مُرُوا الصَّبِيَّ با الصّلاةِ إذَا بلغ سبع سنين، وإذا بلغ عشر سنين فاضرِبوه عليها

“Perintahkanlah anak-anak untuk mendirikan sholat ketika dia berumur tujuh tahun. Dan ketika dia telah berumur sepuluh tahun, maka pukullah dia kalau dia meninggalkan sholat.” (HR. Abu Daud dan lain-lain dari jalan Sabrah bin Ma’bad)

Tapi, menurut pendapat ulama Muhayiz tidak terpatok oleh umurnya. Imam Syafi'i mengatakan Muhayiz di bawah umur 7 tahun sangatlah jarang. Sebagai contoh, jika seorang anak berumur 7 tahun sudah melaksanakan haji, maka niat dan ibadahnya dianggap sah. Lalu bagaimana jika dia sudah beranjak dewasa ? apakah ibadah hajinya diwajibkan ? kata Imam Syafi'i :

"apabila seorang anak kecil sudah haji sebelum baligh, maka diwajibkan haji kembali setelah dia baligh"

*BERILMU TENTANG APA YANG DINIATKAN

Sebelum melakukan ibadah, pelajari dulu apa hukumnya. Sebagai contoh, jika ingin mengerjakan shalat Subuh, maka kita harus tahu bahwa hukumnya adalah wajib. Saat ingin mengerjakan shalat Tahajjud, maka kita tahu bahwa hukumnya adalah sunnah. Sehingga kita dapat membedakan niat perbuatan yang mana yang didahulukan.

*ANTARA NIAT DAN YANG DINIATKAN TIDAK SALING MENIADAKAN

Sebagai contoh, saat wanita berniat shalat, tiba-tiba ada uzur (seperti haid), maka niatnya menjadi batal. Contoh lain saat kita berniat berpuasa, saat terlintas di dalam hati untuk membatalkannya, maka niat berpuasa itu pun akan menjadi batal juga. Dari contoh tersebut, bisa ditarik kesimpulan, saat kita berniat melakukan suatu perbuatan dan terlintas sesuatu yang membatalkan niat, maka niat awalnya menjadi batal

*NIAT BERADA DI AWAL AMAL PERBUATAN

Segala amal perbuatan diawali dengan niat awalnya. Jika niat awalnya baik, maka baik juga perbuatannya. Jika niat awalnya buruk, maka akan jadi buruk juga perbuatannya.
Contoh : orang yang berniat bersedekah karena Allah ta'ala  akan mendapat keberkahan dan pahala. Namun, jika niat awalnya untuk riya atau sombong, maka sedekah yang diniatkan tidak akan membawanya pada keberkahan

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

َ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

“Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits)

Terkecuali puasa sunnah. Jika niat berpuasa hari ini, maka amal perbuatannya  bisa dikerjakan esok harinya atau keesokannya lagi.

*NIAT TIDAK BOLEH DIPUTUSKAN DI TENGAH JALAN

Saat kita berniat untuk melakukan sesuatu perbuatan, dan diputuskan di tengah jalan saat sedang mengerjakan perbuatan itu, maka akan menjadi amal yang sia-sia
Contoh :
Saat sudah berniat mengerjakan shalat Dzuhur lalu dia menundanya sampai shalat Ashar, maka niat shalat Dzuhurnya sudah terputus di tengah-tengah.

*TIDAK BOLEH DIPERSEKUTUKAN DENGAN NIAT YANG LAIN

Contoh : shalat Dzuhur sudah diniatkan dikerjakan 4 rakaat, tidak bisa shalat Dzuhur diniatkan dengan mengerjakannya 2 rakaat saja. Lain halnya dengan yang sunnah

Pendapat Jumhur ulama, banyak niat boleh dikerjakan dalam satu perbuatan dengan beberapa syarat.
~sama-sama satu level ( sunnah dengan sunnah)
Contoh : shalat wudhu dengan shalat tahiyat masjid bisa dikerjakan dua rakaaat saja dengan satu niat ( wudhu dengan tahiyat masjid)
~tidak dalam rangka mengqadha

Dalil yang menjelaskan :

( إِذَا هَمَّ أَحَدُكُمْ بِالْأَمْرِ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ مِنْ غَيْرِ الْفَرِيضَةِ ثُمَّ لِيَقُلْ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِكَ...)

"Jika salah dari kalian hendak melakukan sesuatu, maka rukuklah dua kali (shalat dua rakaat) selain shalat fardhu, kemudian bacalah 'Allahumma inni astakhiiruka bi'ilmika..' (Ya Allah, sesungguhnya aku mohon pilihan yang baik dari-Mu dengan Ilmu-Mu'…. "

HUBUNGAN NIAT DENGAN PAHALA DAN DOSA

~ Hubungan Niat dengan Pahala

Kita tidak akan mendapatkan pahala kecuali dengan niat.

Contohnya, pernikahan yang niatnya karena memenuhi syahwat tidak akan mendapatkan pahala. Kecuali niat pernikahannya adalah untuk mendapatkan keberkahan, maka akan membawa keberkahan dan pahala dalam rumah tangganya

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَـا ، عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْمَـا يَرْوِيْهِ عَنْ رَبِّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى ، قَالَ : «إِنَّ اللهَ كَتَبَ الْـحَسَنَاتِ وَالسَّيِّـئَاتِ ، ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ ، فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا ، كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً ، وَإِنْ هَمَّ بِـهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهُ اللّـهُ عَزَّوَجَلَّ عِنْدَهُ عَشْرَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيْرَةٍ ، وَإِنْ هَمَّ بِسَيِّـئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا ؛ كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً ، وَإِنْ هَمَّ بِهَـا فَعَمِلَهَا ، كَتَبَهَا اللهُ سَيِّئَةً وَاحِدَةً ». رَوَاهُ الْـبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ فِـيْ صَحِيْحَيْهِمَـا بِهَذِهِ الْـحُرُوْفِ

Dari Ibnu ‘Abbâs Radhiyallahu anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang hadits yang beliau riwayatkan dari Rabb-nya Azza wa Jalla . Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allâh menulis kebaikan-kebaikan dan kesalahan-kesalahan kemudian menjelaskannya. Barangsiapa berniat melakukan kebaikan namun dia tidak (jadi) melakukannya, Allâh tetap menuliskanya sebagai satu kebaikan sempurna di sisi-Nya. Jika ia berniat berbuat kebaikan kemudian mengerjakannya, maka Allâh menulisnya di sisi-Nya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat sampai kelipatan yang banyak. Barangsiapa berniat berbuat buruk namun dia tidak jadi melakukannya, maka Allâh menulisnya di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna. Dan barangsiapa berniat berbuat kesalahan kemudian mengerjakannya, maka Allâh menuliskannya sebagai satu kesalahan.” [HR. al-Bukhâri dan Muslim dalam kitab Shahiih mereka]

Orang yang berniat untuk berbuat baik tidak lepas dari 2 keadaan

KEADAAN PERTAMA
~ jadi mengamalkan niat baik
~ tidak jadi mengamalkan niat baik

Mari kita jelaskan satu per satu

*JADI MENGAMALKAN NIAT BAIK

Barangsiapa yang berniat mengerjakan kebaikan, maka akan Allah tulis sebagai satu kebaikan. Barangsiapa yang berniat dan mengerjakan amal kebaikan, maka akan Allah tulis 10 kebaikan bahkan sampai 700 kali lipatnya.

Ada amal ibadah yang pahalanya tanpa batas. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ (١٠)

”Katakanlah: ’Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.’” (QS. Az-Zumar: 10)

*TIDAK JADI MENGAMALKAN NIAT BAIK

Penyebabnya ada dua, yaitu tidak jadi karena ada uzur, dan tidak jadi karena malas.

KARENA ADA UZUR

Saat kita berniat mengerjakan shalat Tahajjud, lalu tiba-tiba sakit kepala, maka niatnya akan dihitung sebagai satu kebaikan, meskipun tidak dikerjakan apa yang diniatkannya.

Keadaan ini masih bisa dijabarkan

1.Punya Kebiasaan
Contohnya, saat shalat tahajjud sudah menjadi kebiasaan. Saat keesokan harinya dia ingin mengerjakan tahajjud tapi ada uzur, maka pahalanya tetap dihitung sempurna

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ كُتِبَ لَهُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيْمًا صَحِيْحًا.

“Apabila seorang hamba sakit atau safar, ditulislah baginya pahala perbuatan yang biasa ia lakukan ketika mukim dan sehat.”

2.Karena Ada Uzur tanpa Kebiasaan
Saat ingin shalat tahajjud namun ada uzur ( tahajjudnya bukan kebiasaannya), maka kebaikan niatnya hanya dihitung satu kebaikan

KARENA MALAS

Saat kita ingin mengerjakan shalat fardhu, kita menunda-nundanya sampai tiba waktu shalat wajib lainnya. Maka niatnya tidak akan dihitung sebagai kebaikan karena rasa malas dan menunda-nunda yang menghapus niat shalatnya

Niat itu lebih baik dari amalnya. Seperti sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam, walaupun sudah niat tapi tidak dikerjakan tetap mendapat satu kebaikan tergantung dari keadaannya

~ Hubungan Niat dengan Dosa

Kita tidak akan mendapatkan dosa kecuali dengan niat. Orang yang berniat buruk juga tidak lepas dari dua keadaan

*JADI MENGAMALKAN NIAT BURUK

Contoh : Saat kita haus, kita akan mencari air untuk diminum. Saat kita menemukannya dan meminumnya, ternyata yang diminum adalah Khamr. Ini tidak akan menimbulkan dosa karena ketidak tahuannya.

Berbeda dengan saat kita berniat untuk minum khamr, saat kita minum ternyata air putih yang diminum. Ini akan menimbulkan dosa karena dosa itu dihitung dari niat awalnya yang ingin meminum Khamr, bukan karena ketidak tahuannya.

*TIDAK JADI MENGAMALKAN NIAT BURUK

Tidak jadi mengamalkan dosa akan tetap mendapatkan dosa dan dihitung sebagai satu keburukan, karena niat awalnya sudah buruk namun tidak jadi mengerjakannya, tergantung dosanya besar atau kecil

Jangan pernah meremehkan dosa-dosa kecil, karena akan menjadi dosa yang besar

Beberapa keadaan saat dosa kecil bisa menjadi dosa besar
- Menganggap remeh dosa kecil
- Dosa kecil dilakukan terus menerus
- Ada tokoh terpandang yang melakukan dosa lalu kita mengikutinya

Dosa tergantung dari tempat dan waktunya. Dan jangan sampai kita mengerjakan dosa di tempat dan waktu yang mulia

Tempat yang mulia : Tanah Haram ( Mekkah )
Waktu yang mulia : di sepertiga malam, waktu selepas Ashar, hari Jumat, dan bulan-bulan Haram (Dzulqodah, Dzulhijah, Muharam, dan Rajab)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

{إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ (36) }

"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kalian menganiaya diri kalian dalam bulan yang empat itu dan perangilah kaum musyrik itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kalian semuanya; dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa."

Jika kita berniat meninggalkan dosa karena Allah ta'ala, maka akan dihitung sebagai satu kebaikan. Namun, jika kita berniat meninggalkan dosa bukan karena Allah ta'ala, maka kita tidak akan mendapatkan pahala dan tidak juga mendapatkan dosa

Abu Hurairah r.a. berkata:  Nabi saw. bersabda:

"Sesungguhnya Allah memaafkan dari umatku, apa-apa yang masih tergerak dalam hati selama belum dibicarakan atau dilaksanakan" (dikerjakan). (Bukhari, Muslim)

Ada beberapa contoh kecil juga, saat kita meninggalkan dosa karena usaha :
*Saat kita berniat untuk berzina dan mencari tempat prostitusi. Tiba-tiba ada razia oleh polisi, Maka niat buruknya menjadi batal
*Saat kita berniat berzina dan tidak menemukan tempat menyalurkan syahwatnya, maka niat buruknya juga menjadi batal.

Tapi dari contoh tersebut, orang itu akan tetap mendapat dosa karena niat awalnya sudah buruk

Sesama Muslim pun akan mendapat dosa jika mereka memiliki niat buruk yang sama, dan tempatnya adalah di Neraka
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

Abu Bakrah Nufa’i bin Harits Ats Tsaqafi berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا الْتَقَى الْمُسْلِمَانِ بِسَيْفَيْهِمَا فَالْقَاتِلُ وَالْمَقْتُولُ فِى النَّارِ » . فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا الْقَاتِلُ فَمَا بَالُ الْمَقْتُولِ قَالَ « إِنَّهُ كَانَ حَرِيصًا عَلَى قَتْلِ صَاحِبِه
ِ
“Apabila dua orang Islam yang bertengkar dengan pedangnya, maka orang yang membunuh dan yang terbunuh sama-sama berada di dalam neraka.” Saya bertanya, “Wahai Rasulullah, sudah wajar yang membunuh masuk neraka, lantas bagaimana gerangan yang terbunuh?” Beliau menjawab, “Karena ia juga sangat berambisi untuk membunuh sahabatnya.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 31 dan Muslim no. 2888)

HUBUNGAN NIAT DENGAN HALAL DAN HARAM

Hukum di dalam Islam ada 5 macam, yaitu Wajib, Sunnah, Mubah, Makruh, dan Haram. Semua hukum ini bisa menjadi saling terkait dan menentukan akan menjadi halal atau haram

Sesuatu yang Haram bisa menjadi Mubah, jika keadaannya darurat sekali
Contoh : saat kita berada di dalam hutan dan tidak terlihat sesuatu yang dapat dimakan, maka memakan bangkai diperbolehkan

Niat yang Wajib adalah segala sesuatu yang tidak sempurna jika tidak disempurnakan dengan sesuatu yang lain. 

Contoh : wanita wajib menutup auratnya. Maka membeli pakaian yang syar'i dan menutup aurat akan menjadi wajib untuk bisa menyempurnakan niatnya untuk menutup aurat.

Segala sesuatu yang haram tidak bisa menjadi halal karena niat. Contoh :
~ mencuri untuk memberi makan anak yatim piatu
~ korupsi untuk mendanai pembangunan Masjid

Meskipun niatnya baik tapi jika caranya adalah cara yang haram, maka amalan itu tidak akan menjadi halal karena caranya sudah Haram